“Para penghafal al-qur’an atau pecinta al-qur'an itu apa saja yang di inginkannya pasti terkabul, bahkan sebelum ia sempat menyampaikan keinginan dalam hati melalui bibirnya sendiri” |
Sekitar 7
tahun lalu, salah satu ustazah pernah becerita kepada saya dan teman-teman
mengenai keistimewaan para penghafal al-qur’an atau yang suka membacanya. Sebelum
mulai bercerita beliau menegaskan kepada kami bahwa “Para penghafal al-qur’an atau pecinta al-qur'an itu apa saja yang di inginkannya pasti terkabul, bahkan sebelum ia sempat
menyampaikan keinginan dalam hati melalui bibirnya sendiri”.
Masih dalam suasana sekitar 7 tahun tersebut ustazah kami
mulai bercerita.
“Keluarga Umun* termasuk
keluarga yang berpengahsilan pas-pasan, untuk bisa membeli makanan dan
kebutuhan sehari-haripun kami sudah sangat bersyukur. Melihat situasi keluarga
seperti itu, Umun dan saudara-saudara yang lain sadar betul bahwa untuk meminta
ini itu tidaklah mungkin adanya, karna itu sama saja membebani pikiran orang
tua kami.
Saat Umun masih menjadi santriwati, setiap hari orang tua Umun
selalu mengantarkan nasi dengan tambahan lauk ala kadarnya saja, dan Umun
merasa cukup akan hal itu. Begitu seterusnya tiap tiga kali dalam sehari.
Hingga di suatu hari Umun sangaaat ingin sekali makan bubur kacang hijau
sebagai hidangan untuk buka puasa, intinya benar-benar sangat ingin bubur
kacang ijo. Aah...tapi itu hanya sekedar
keinginan yang tidak ajan diutarakan kepada orang tua Umun, kenapa? Alasannya
seperti yang kalian tahu sendiri, ekonomi keluarga saat itu tidak mendukung,
jadi tinggalag bubur kacang ijo menjadi keinginan yang hanya bisa diutarakan di
dalam hati saja.
Hari itu, ketika sebentar lagi azan berkumandang menandakan
waktu berbuka sudah mulai tiba, seperti biasa orang tua Umun datang membawakan
nasi karna tau bahwa Umun sedang berpuasa. Jika biasanya dalam kantong plastik
isinya hanya satu bungkus nasi, entah kenapa untuk saat ini seperti ada yang
berbeda, terasa lebih berat. Ketika Umun buka ikatan plastik ternyata di
dalamnya sudah ada sebungkus nasi ditambah satu bungkusan lagi berupa bubur
kacang ijo yang masih hangat. Dalam hati Umun hanya bisa berucap syukur
sebanyak-banyaknya, tak tahu ingin berkata apa rasa haru tiba-tiba menjelma
dalam diri. Kata orang tua Umun, bubur kacang ijonya merupakan pemberian
tetangga untuk keluarga dirumah, tapi karna diingatnya Umun yang sedang
berpuasa, maka diantarah sebagain dari bubur itu ke Pondok.”
Subhanallah....itu merupakan salah satu kisah inspiratif yang
pernah saya langsung dari pembimbing tahfiz semasa di Pondok dulu, dan ini
menjadi salah satu alasan saya ntuk lebih semangat lagi dalam menghafal
al-qur’an.
Tapi ini kisah sekitar 7 tahun lalu kawan, ketika saya sedang
duduk di bangku kelas dua tsanawiyyah dan semangat menghafal al-qur’an sedang
berada di puncak-puncaknya. Tahun demi tahun silih berganti, jumlah hafalan
yang saya milikipun hanya sedikit yang bertambah. Hingga tamat dari Pondok pun
masih belum bisa mengalami penambahan secara signifikan. Sadar akan hal
tersebut maka sayapun bernazar dalam hati, “jika saya kuliah di Lombok, maka
saya akan tetap pergi setor hafalan ke Pondok”. Satu tahun pertama kelulusan,
rupanya itu hanya sekedar nazar palsu, karna buktinya saya tak pernah hadir.
Memasuki tahun kedua saya mulai merasa seperti ada yang mengganjal dalam hati
karna terbanyang akan nazar tersebut, maka saya mencoba menghubungi kembali
ustazah pembimbing tahfiz di podok dulu dan alhamdulillah beliau berlapang hati
memberitahukan saya jadwal tahfiz. Mulai dari saat itu saya kembali melengkapi
beberapa hafalan yang masih tertinggal di Pondok dulu. Tapi ini pun tidak
berlangsung lama teman, hanya sekitar dua atau tiga bulan saya kembali tidak
menyetor, dengan berbagai macam alasan. Begitu seterusnya hadir satu kali
sebulan kemudian tidak hadir berbula-bulan.
Kemarin saat mulai memasuki akhir liburan semester ganjil,
saya kembali mencoba mulai menyetor hafalan. Ada kejadian yang membuat saya
akhirnya cukup terpukul dan membuat saya sadar bahwa selama ini saya sudah
terlalu jauh berjalan-jalan tanpa tujuan yang jelas atau dalam bahasa sasak
dikenal dengan istilah “ngelamang”.
Hari itu, sepulang dari menyetor hafalan saya mampir di toko
terdekat dari Pondok untuk membelikan barang-barang titipan orang rumah. Saat
tiba di kasir, pelayannya mengatakan ke salah satu pembeli sebelum saya bahwa
roti yang diambil sebaiknya diganti karna yang di beli merupakan roti
lama. Melihat perbincangan mereka,
sempat terbesit dalam hati saya keinginan untuk membeli roti juga, tapi karna
takut uang yang saya bawa tidak pas, maka saya urungkan niat tersebut.
Setelah sampai rumah dan bersantai-santai di depan tv, mamak
saya datang dengan membawa sebuah bingkisan ditangannya. Ketika saya hampiri
ternyata isinya full dengan potongan kue black forres yang sangat menggugah
selera. Ketika saya tanya ini kue dititipin untuk siapa, mamak saya menjawab
“ini bukan titipan orang tapi emang untuk keluarga kita”. Waahh...ini
sungguh suatu skenario allah yang
sungguh indah kwan. Rasanya keinginan
saya untuk membeli roti yang batal tadi langsung terijabah dengan
digantiak kedatangan sekotak kue black
forres berlumurkan coklat diatasnya.
Mamak saya orangnya kurang suka beli jajan atau kue-kue yang dijual
kebanyakan orang, menurut beliu kalo jajan lebih baik buat sendiri disamping
lebih hemat juga hasilnya lebih banyak. Tapi lain cerita untuk saat ini kawan,
alasan mamak saya membeli satu kotak karna harganya sangat murah, cuma rp
15.000, padahal jika tiap potong kue tersebut dihargakan rp 1.500 atau rp 2.000
kemudian dikalikan dengan +/- 50 potong kue harga per kotaknya bisa mencapai
sekita 75 atau 100 ribu. Harga yang cukup fantastis bukan ?.usut punya
usut...kenapa harga kuenya bisa turun drastis dari perkiraan ? Ternyata
alsannya karna tetangga saya tempat mamak beli kue ini sedang jengkel
dikarnakan pemesan asli kue black forresini tidak bisa dihubgungi untuk
mengambil pesannya dari pagi hingga sore. Disebabkan rasa jengkel serta waktu
yang sebentar lagi akan magrib. Akhirnya tetangga ini menawarkan kue tersebut
kepada mamak saya dengan harga cukup fantastis tersebut, tanpa pikir panjang
akhirnya mamak saya langsung membeli tanpa berpikir panjang.
Mulai saat itu..akhirnya saya kembali terigat akan pesan dan
cerita ustazah saya tentang bubur kacang ijonya diatas tadi. Beliau seorang
hafizoh dan beliau telah membuktikan sendiri bahwa perkataanya yang menyatakan
bahwa “para penghafal al-qur’an atau pecinta al-qur’an itu apa saja yang di
inginkannya pasti terkabul, bahkan sebelum ia sempat menyampaikan keinginan
dalam hati melalui bibirnya sendiri” benar adanya. Tapi teruntuk saya yang
kembali menjadi pemula dalam menghafal al-qur’an, kisah kue black forres ini
menajdi semacam teguran dari Allah buat saya pribadi, agar segera berbenah dan
memperbaiki arah tujuan hidup, berhenti “ngelamang” kesan-kemari. Harus sadar
betul bahwa seyogyanya orentasi hidup harus ditujukan untuk meraih ridha allah
agar menjadi hamba pilihan yang diberkati nikmatnya surga yang tidak terkira.
Hidup di dunia ini hanya sementara dan hanya kepadaNya lah kita akan
dikembalikan.
*Umun ; sebutan lain untuk ustazah
Ditulis pada tanggal 5/3/2017, Pukul 01:25 am
#MyTrueStory #NulisRandom2017
0 komentar:
Posting Komentar