Diberdayakan oleh Blogger.
Terima kasih sudah
berkenan mampir
ke "rumah" sederhana ini,
Semoga dapat
memberikan manfaat..:)



RSS

[Orang Ketiga Sebagai Pengamat]






Setiap dari kita pasti mememilki moment ini saat kecil, dituntun berjalan sambil melihat keindahan alam sekitar. Hanya saja beberapa diantara kita tidak memiliki dokementasi secara fisik untuk dipamerkan menjadi bukti. Dokumentasi yang kita miliki hanya berbentuk bayangan yang tersimpan dalam hati dan fikiran saja. Entah apakah itu masih bisa terekam dengan baik atau sudah terhapus seiring bertambahnya usia. 

Dalam foto ini tampak seorang Ayah menggandeng tangan mungil anaknya sambil berjalan dengan santai, menyempatkan waktu tersibuknya untuk melihat wajah ceria sang anak. Setidaknya itu dari sudut pandangku sebagai pengamat orang ketiga.

Sekarang mari tebak kawan..!! kira-kira sekitar 30 atau 40 tahun ke depan, apakah sang anak rela mengesampingkan waktu tersibuknya untuk menggandeng tangan sang Ayah yang semakin menua. Kemudian mengajaknya berjalan-jalan demi melihat senyum manis dari sang ayah ? tentu jawaban tersebut masih menjadi misteri, karna kita sendiri tak tahu takdir apa yang akan menimpa mereka berdua. 

Tapi lain halnya untuk kita kawan, yang saat ini sudah beranjak dewasa dan memiliki kesibukan yang berbeda-beda. Akankah kita tetap berkutat pada kesibukan tersebut atau rela mengesampingkannya sejenak ? lalu beranjak keluar dan menagajak orang tua kita yang semakin menua berjalan-jalan menghirup udara segar sambil menggandeng tangan keriputnya, relakah kita ? Jawaban hanya aku dan kau yang bisa memastikannya. 

Kuharap tak sekedar ucapan kata, tapi juga bisa dibuktikan dengan tindakan nyata.
Jum’at, 30 Desember Pukul 15:33 WITA

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

[I B U - IWAN FALS]

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

[Kami Menyebutnya, "Raport Murni" !!]



Jika dibandingkan dengan semua raport hasil belajar yang pernah Saya dapat hingga sekarang, Raport murni ini berada dikedudukan pertama yang Saya banggakan dari semua raport yang Saya miliki.  

Tadi sore, disaat langit menurunkan limpahan airnya secara syahdu dari atas sana, tiba-tiba saja ada keinginan kuat yang menarik diri untuk membuka kembali tiap halaman dalam raport yang bersampulkan warna hijau ini. Niat awalnya hanya ingin melihat wajah Saya 8 tahun silam pada foto ukuran 3x4 dengan berlatarkan kain berwarna merah. Dalam hati Saya cukup berani mengakui jika ternyata dahulu,DELAPAN TAHUN SILAM, Saya cukup terlihat “imut” dengan pipi tembam dan wajah polos dengan kerudung putihnya yang jika dibandingkan sekarang, mungkin terlihat “Amit-amit”...Hehehe (Apapun keadaanya harus tetap bersyukur Miiie’...”Alhamdulillah”..). Abaikan hal ini karna ini hanya sebagai cerita pembuka yang ibaratnya dalam sebuah penyajian hidangan disebut Appetizer.
Kemudian berlanjut kehalaman berikutnya, tampaklah beberapa nilai yang disejajarkan dengan mata pelajaran yang kami dapatkan saat itu. Dengan cermat Saya memerhatikan kembali tiap nilai yang Saya dapatkan dan tak jarang menertawakan diri sendiri jika disana tertera nilai yang sangat tak enak dipandang.
“Kok bisa yaa dulu Ami’ dapet segitu...?? Oooh pantes...dulu guru yang ngajarinnya emang terlalu “pintar” saat jelasin, makanya dapet sedikit”, alasan berkilah pertama. (Maafkan santrimu ini Ustaz maupun Ustazah bener-bener gak bermaksud menyalahkan Antum kok ).
“Lah yang ini kok bisa dapet sedikit..?” Lihat mata pelajarnnya “Ooohh..pantes dapet sedikit, dulu soal ujiannya emang terlalu sulit bagi Ami’, wajarlah dapet sedikit..bukan masalah...” Alasan berkilah kedua.
“Perasaan di pelajaran ini, Ustaz atau Ustazahnya bagus deh cara jelasinnya, soal yang dikeluarin saat ujian juga gak terlalu sulit...kok bisa yaa dapet sedikit ?“, setelah mikir-mikir “Oooh..wajar dapet sedikit....di semester ini emang semangat belajarnya Ami’ kurang dulu..alias malas...jadi maklum dapet sedikit..” Alasan berkilah ketiga, dan itulah faktanya.
Begitu pula jika melihat beberapa nilai dihalaman-halaman berikutnya, selalu Saya sertakan berbagai alasan berkilah lainnya...
”Oooh..wajar dapet banyak ni, guru yang ngajarinnya emang top markotop dulu waktu jelasin”,
”Kalo gak salah, dulu soal ujian di mata pelajaran ini emang mudah-mudah, karna guru yang ajarin terkenal pemurah, jadi wajar dapet banyak..”, atau alasan lainnya...
“Ami’ inget dulu..dipelajaran ini emang bener-bener serius Ami’ pelajari dan pahami...jadinya wajar mungkin dapet banyak, Alhamdulillah”.
Di raport ini, semua tertulis sesuai dengan jumlah nilai yang kami dapatkan pada hasil ujian semester akhir, tanpa ada penambahan atau pengurangan sedikitpun. Sehingga kamipun menyebutnya “Raport Murni”. Tak jarang beberapa dari kami menganggapnya sebagai tolak ukur atas kepintaran seseorang, karna sifatnya yang murni tersebut. Walau pada hakikatnya, tidak selamanya sebuah nilai bisa dijadikan tolak ukur kepintaran seseorang bukan ?.
Sebagaian besar, setamat kami dari Pondok dan melanjutkan jenjang pendidikan ke beberapa perguruan tinggi negeri lainnya, nilai-nilai yang tertera dalam raport murni ini tidak dilampirkan saat mendaftar karna mungkin sifatnya yang informal di pandangan Dinas Pendidikan Negara. Tapi jujur, jika dibandingkan dengan semua raport hasil belajar yang pernah Saya dapat hingga sekarang, Raport murni ini berada dikedudukan pertama yang Saya banggakan dari semua raport yang Saya miliki.  
Setelah selesai mencermati setiap nilai yang tertulis di dalam Raport Murni ini, Saya kemudian mulai merenungi kembali tiap mata pelajaran yang Saya pelajari dulu, baik yang bernilaikan sedikit, terlebih yang sempurna (100). Mungkin karna dulu obsesi belajarnya adalah biar bisa mendapatkan nilai tinggi dan peringkat kelas, maka ketika mendapat nilai sedikit merasa sedih dan ketika mendapat nilai banyak/sempurna merasa bangga. Tapi sekarang, setelah melewati beberapa perenungan tadi, tanpa permisi munculah beberapa pertanyaan ini...
“Apakah pelajaran yang dulu kamu pelajari  berkah Miie’...?”,
“Bagaimana caramu mempertanggung jawabkan nilai-nilaimu tersebut ? Bukankah tujuan dari belajar adalah agar mendapatkan ilmu yang berkah atau yang dapat memberikanmu sebuah manfaat baik untuk diri sendiri maupun orang lain ?”,
“Apakah sudah kau terapkan beberapa pelajaran (terlebih pelajaran agama) dulu sekeluarmu dari Pondok dalam kehidupanmu sehari-hari ini ?”, atau
“Tinggal berapa baris ilmu yang masih kau ingat dalam pelajaran-pelajaran tersebut ?”.
Hey..apakah hanya Saya seorang yang menganggap pertanyaan-pertanyaan dingin tersebut sangat menakutkan dan telak membuat Saya hanyut dalam keterdiaman yang menyiksa ? Tolong bantu Saya menjawab sekiranya jawaban apa yang harus Saya berikan, karna rasanya bibir ini sudah tak mampu menjalankan fungsinya dengan baik untuk mengeluarkan beberapa patah kata.
Oke sebagai penutup agar tak terlalu berlarut pada kisah ini, mungkin Saya akan mengutip salah satu quote favorit dari Bang Tere...
“ Masa lalu tidak akan pernah menang,karena dia selalu ada dibelakang”.  
Faktanya sampai kapan pun, Saya tidak akan bisa memperbaiki masa lalu Saya yang salah niat  saat belajar dulu, maka sebagai penebusnya, mungkin..eh bukan mungkin, tapi memang harus !! (kudu pake wajib) mulai saat ini, Saya harus  mulai membenahi diri, menegur diri untuk selalu memasang niat yang benar ketika mulai belajar, dan dengan kesempatan yang masih ada ini akan mencoba untuk mengulang kembali beberapa pelajaran yang Saya dapatkan di Pondok maupun Instistusi tempat Saya melanjutkan pendidikan sekarang, agar keberkahan dari ilmu – ilmu tersebut bisa Saya nikmati dengan senyuman merekah. Aaamiiinnn...

NB : Bagi para Alumni yang masih menyimpan Raport Murni ini atau siapa saja yang memiliki Raport dan sebangsanganya yang disana tertera nilai-nilai dari hasil “belajar”, mungkin ada baiknya Anda mencoba membuka kembali tiap halamannya dan melihat di mata pelajaran apa saja Anda mendapatkan nilai ter-rendah, tinggi ataupun sempuna. Jika Anda memiliki perenungan yang sama dengan Saya, Apakah masih bisa Anda pertanggung jawabkan nilai-nilai tersebut hingga saat ini ?.

Minggu, 11 Desember 2016 (Pukul 00:06)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

[Tentang Kamu]

Tentang KamuTentang Kamu by Tere Liye
My rating: 5 of 5 stars

Satu kata untuk "Tentang Kamu"...Amazing..!!
Selalu...dan mungkin akan terus seperti ini ciri khas dari kepenulisan Bang Tere yang sangat Saya suka...Tak usah terlalu banyak, (rata-rata) cukup Lima poin penting saja untuk tiap pesan-pesan moril yang disampaikan namun mampu meninggalkan jejak yang sangat berkesan dihati. Yang membuat para pembaca tergerak untuk berubah sesuai dengan target pesan yang disampaiakan. Penjabaran tokoh yang cenderung terkesan biasa dan sederhana, namun memiliki watak yang luar biasa yang sangat super.
Benar-benar salut...
Selamat untuk Bang Tere, yang selalu sukses membuat pembaca menyimpulkan langkah apa yang harus dilakukan untuk suatu perubahan setelah selesai membaca setiap karya karangan Bang Tere.
Akan selalu menunggu karya selanjutnya.
Oh yaa...seandainya Bang Tere sudah berencana memulai Project baru lagi, selipkanlah sekali terkait Suku Mbojo,Bima dalam cerita Bang Tere (Hehehe Ngarep). Karna di Sunset Bersama Rosi berlatarkan Lombok (Suku Sasak), Kemudian di Tentang Kamu terselip Pulau Bungin, Sumbawa, Maka semoga kedepannya ada terkait Mbojo,dari suku Bima. Sehingga lengkap sudah NTB memiliki cerita khasnya masing-masing dalam setiap suku, hasil dari sebuah karangan Bang Tere.
Semoga terkabul...Amiiin...

View all my reviews

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS