UMARA' NUR RAHMI

Wah..panjang juga yaa judulnya...😁

Saya memang berniat ingin menulis sesuai dengan judul tersebut, ada cerita yang cukup mengharu biru (bagi saya) mengenainya. Tapi, tidak sekarang. Ada tugas yang harus saya tuntaskan terlebih dahulu. Mungkin sekitar satu minggu kemudian baru akan saya perbarui isi dari postingan ini, agar sesuai dengan judulnya.

"Lah..terus kenapa malah update hari ini ?"

Iya...biar yang terdata di "Jejak Sejarah" ada masuk postingan untuk bulan Juni 😆 Sesimpel itu...hehe

Kan, kalau nanti saya ingin perbarui di bulan Juli, akan tetap masuk jadi arsip bulan Juni yak? Sesuai dengan tanggal terakhir dipublikasi, yakni hari ini (Selasa, 30 Juni 2020).

Udah dulu yaa...

InsyaAllah akan saya perbarui kapan hari...bye bye 

Dokumentasi Pribadi

Dulu, waktu belalangnya masih hanya dua tiga ekor (yang terlihat mata), sempet nanya ke Mamak.

"Mak, ini belalangnya nggak disingkirin aja dari bunganya...? Kan kasihan bunganya dimakan kayak gitu.."

"Nggak usah, nggak apa-apa, dia juga perlu makan."

Waktu itu saya ikut setuju. Iya juga ya...

Yaudah lah...biarin aja

Tapi…

Dampak dari "biarin aja" itu ternyata cukup fatal.

Belalangnya, yg tak lain adalah hama (perusak) malah tambah banyak. Daun dan bunga sekitarnya banyak yang rusak. Jadi kurang menawan lagi tanamannya.

Mau hilangin satu persatu, malah dibuat merinding duluan...

Mau buat pestisida alami (hasil googling) kurang daun tembakau, dan males nyari...

Yaudah lah "biarin aja" ...eh..

#IndonesiaTerserah (Kok melenceng ke sini...?)

Katanya obat dari merindu adalah bertemu. Bener gitu nggak ? Saya sendiri ikut setuju aja deh.

Kalau sedang merindukan teman saya biasanya gitu. Usahakan sebisa mungkin untuk ketemu langsung biar bisa berbagi kisah sepuasnya. Walaupun mungkin melihat situasi seperti sekarang jadi agak sulit bersua.

Disituasi yang normal, saat temu sudah direncanakan, rindu kan segera terbayar, membayangkan menanti hari H aja sudah bahagia. Terlebih saat benar-benar terealisasi tanpa sekadar wacana. Paket komplit.

Naah...situasi rindu seperti ini sempat terpikirkan saat Allah beri kesempatan untuk berjumpa dengan Ramadhan tahun ini.

Beberapa hari menjelang Ramadhan saya cukup antusias turut serta menyambut Ramadhan misal dengan buat story H-5 Ramadhan, H-3 Ramadhan, H-1 Ramadhan dan Marhaban Yaa Ramadhan. Saat itu, ada perasaan rindu dan tak sabar berjumpa dengan Ramadhan. Plan A - Z udah disiapkan, walaupun masih belum matang banget.

Tapiii.. setelah sudah memasuki pertengahan Ramadhan, kok jadi seperti meragukan diri yaa "Jangan-jangan rindu saya pada Ramadhan palsu...!! Astagfirullah..."

Kenapa bisa kepikiran begitu ? Karena merasa ibadah selama Ramadhan sampai hari ini seperti masih belum ada apa-apanya. Kayak masih sama aja kayak bulan-bulan sebelumnya. Seperti belum ada goals yang bikin gregetan untuk diraih. Terus  besok waktu Ramadhan beneran udah berlalu, baru mikir ulang sambil nyesel "Ramadhan kemarin udah ngapain aja yak...?" Aah...dasar saya...!!

Padahal kan nggak boleh gitu....

Yuk ah...masih ada setengah bulan lagi. Masih ada kesempatan memaksimalkan membayar rindu, mumpung sedang bertemu.

Semoga tidak disia-siakan begitu aja.

NB : Pikiran acak sebelum tidur

Terlepas bahwa semua ini adalah takdir, tiba-tiba jadi inget, tahun lalu sempat dibuat mikir dan punya feeling atau dugaan tahun ini gak bisa mudik sama sekali entah karena alasan apa.

Tahun lalu itu kayak sejarah penting banget karena bisa bolak balik mudik (Lombok-Bima) sampai 3x (Libur idul Fitri, Libur naik sekolah, dan Libur idul adha). Merasa karena tahun sebelumnya jarang bisa ikut akhirnya baru terbayar tahun lalu dan sekaligus jadi mikir, "Barangkali tahun itu bisa mudik sepuasnya justru untuk kali terakhir."

Waktu itu tiap diajak mudik ayok aja, karena sempat mikir kayak di awal tadi "Tahun depan kayaknya nggak bisa ikut mudik deh"
Terus baru keinget tadi "Iya yaa.... sepertinya tahun ini emang nggak bisa mudik sama sekali (Wallahu'alam) padahal pengen banget. Salah satunya karena pengen naik kapal...hihi"

Gak pernah kebayang alesan nggak bisa mudik karena adanya pandemi Corona. Justru waktu itu yang buat saya kebayang nggak bisa mudik karena bakal nikah dan jodohnya bukan dari Bima seperti kasusnya Kakak kedua...hahaha
Oke abaikan...

Mungkin ini masih terlalu awal menyatakan diri bahwa tahun ini nggak bakal bisa mudik sama sekali, padahal masih tersisa 7 bulan lagi untuk tahun ini dan itu lumayan lama. Masa depan masih menjadi rahasia-Nya bukan ?

Tapi yaa, begitulah...saya kan hanya menyatakan perasaan saya yang dulu dan seperti sedang mendapat jawabannya aja.

Kadang rahasia langit memang nggak bisa diterka jawabannya saat itu juga, bisa jadi berbulan-bulan atau bertahun-tahun lamanya baru ketemu.

Jadi, sejak saat itu saya sendiri tiap punya feeling atau rasa penasaran kebanyakan sering ditampung sampai Allah kasih pentunjuk untuk menemukan jawabannya.

Selamat menemukan jawaban dari tiap perasaan dan atau rasa penasaran yang masih menjadi misteri.

NB : Pikiran acak sebelum tidur.

Di sudut gerbang
Sembari duduk di atas kursi yang disediakan
Sosok beruban sedang menunggu harap-harap cemas
Menyimak nama wanitanya disebut
Hingga saat terdengar panggilan nama itu
Diberikannya tarian tangan melambai dari jauh
Isyarat tanda semangat

Di depan layar berjalan
Di antara kerumunan orang yang juga turut menonton
Di barisan paling depan
Sosok beruban dengan seksama memperhatikan nama yang keluar
Satu persatu
Menunggu nama wanitanya muncul
Kemudian mencatat tiap angka yang tertera
Penuh kehati-hatian
Penuh kejelian
Abaikan panas terik yang menyengat

Kurang satu poin
Tapi efeknya luar biasa
Karena darinya akhirnya aku sadar
Bahwa ada hal-hal kecil juga sedikit
Tapi dapat mengingatkan akan kesalahan-kesalah besar yang tak terpikirkan sebelumnya

Kurang satu poin
Tapi efeknya luar biasa
Karena darinya akhirnya aku belajar
Arti sebuah kegagalan 
Yang cukup membuatku hampir saja mengeluh
Dan lupa untuk bersyukur

Kurang satu poin
Tapi efeknya luar biasa
Karena darinya aku insyaf 
Bahwa ini adalah bagian dari teguran
Sehingga harus ku lalui dan mulai berbenah

Terima kasih untuk pelajaran kurang Satu Poin

Rabu, 5 Februari 2020

Kegagalan bukanlah hal yang tabu untuk dibincangkan
Hanya saja, setiap orang memang butuh waktu untuk siap membagikannya
Karena ada satu masa
Saat kegagalan menyapa
Kita hanya butuh waktu menyendiri
Untuk menenangkan jiwa raga
Butuh waktu untuk beradaptasi
Bukan untuk diajak basa basi

Jangan cerca ia dengan segudang pertanyaan "Bagaimana hasilnya ?"
Karena jika waktunya belum tepat
Kau sama saja sedang menancapkan duri kepada jiwa yang sedang rapuh itu
Mohon sabar menunggu
Karena jika sudah waktunya
Pasti kan ada cerita
Yang telah dianggapnya seperti angin lalu
Karena baginya, kegagalan kemarin sudah menjadi basi
Terobati karena telah memeluk kegagalan dengan berani

Rabu, 5 Februari 2020

Selepas melalui ujian bersamaan
Para peserta keluar ruangan berhamburan
Sembari saling menanyakan
Hasil yang didapatkan
Kenapa orang-orang begitu penasaran ?
Akan hasil yang didapat perorangan
Apakah karena ia merasa sedang di titik aman ?
Sehingga leluasa membanjiri pertanyaan ?
Bagaimana jika yang ditanya mengalami kegagalan
Sedangkan yang bertanya mendapat keberhasilan
Apa yang akan kau rasakan ?
Apakah bahagia karena berhasil menyaingi lawan ?
Atau bagaimana jika yang ditanya mengalami keberhasilan
Dan saat membandingkan
Kau berada di bawah yg bersangkutan
Apa yang akan kau rasakan?
Tidakkah ada rasa kekecewaan ?
Jangan menyusahkan diri dengan beragam pertanyaan
Menuntut jawaban
Akibat terlampau penasaran
Jika pada ujungnya akan mengundang kesombongan
Atau keterpurukan
Keterlaluan bukan ?

Selasa, 4 Februari 2020