My rating: 4 of 5 stars
"Punya mata, tapi tidak melihat keindahan; punya telinga, tapi tidak mendengar musik; punya pikiran, tapi tidak memahami kebenaran; punya hati tapi hati itu tak pernah tergerak dan karena itu tidak pernah terbakar. Itulah hal-hal yang harus ditakuti" kata Kepala Sekolah. (Hlm. 107)
➖➖➖➖
Totto-chan, seorang gadis cilik yang dicap nakal atau pengacau oleh para guru dikarenakan sering kali melakukan kegiatan aneh sehingga mengganggu ketentraman kelas, akhirnya sepakat untuk mengeluarkannya dari sekolah.
Mama yang paham akan kondisi Totto-chan, akhirnya mencarikan sekolah pengganti yang dirasa cocok untuk gadis ciliknya. Tanpa mengatakan yang sebenarnya, bahwa ia telah dikeluarkan dari sekolah karena dianggap nakal, Mama justru mengajak Totto-chan pindah ke sekolah baru karena ada sekolah yang sangat bagus dari saat ini. Mama tidak ingin putrinya menderita tekanan batin.
Adalah Tomoe Gakuen, sekolah baru pilihan Mama yang menjadikan gerbong kereta sebagai kelasnya telah mencuri perhatian Totto-chan sejak pertama kali memasuki pekarangan sekolah. Di sana tiap murid diberi kebebasan untuk mengubah urutan belajar sesuai keinginan mereka. Pada jam makan siang, mereka akan mengeluarkan bekal masing-masing sambil menunjukkan lauk-pauk yang berasal "sesuatu dari laut dan sesuatu dari pegunungan". Tidak ada satupun dari murid yang merasa bosan belajar di Tomoe. Selama sekolah di sana, tidak ada anak yang ingin pulang ke rumah setelah jam pelajaran selesai, dan di pagi harinya, tak ada yang sabar ingin segera sampai ke sekolah. Sungguh sebuah sekolah ideal idaman tiap orang.
Ada banyak nilai moral yang akan kita dapatkan saat membaca buku ini. Kisah keseharian Totto-chan dengan beragam aksinya, menjadikan buku ini penuh warna. Saya, yang notabenenya sudah dianggap cukup dewasa, tak jarang dibuat tertawa juga menangis saat membacanya.
Mr. Kobayashi, Kepala sekolah sekaligus pendiri sekolah Tomoe secara tidak langsung telah memberikan pelajaran berharga bagi murid-muridnya tentang arti sebuah persahabatan, rasa hormat dan menghargai orang lain, serta kebebasan menjadi diri sendiri.
Hingga saat perang dunia mulai berkecamuk dan menghancurkan Tomoe, ada rasa kehilangan yang sangat membekas dialami tiap murid, juga saya sebagai pembaca.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Buku ini diangkat langsung dari kisah nyata pengalaman hidup penulis (Tetsuko Kuroyanagi) yang tak lain adalah Totto-chan semasanya sekolah di Tamoe. Diakhir kisah, K-san (panggilan akrabnya) juga menceritakan bagaimana kabar teman-temannya setelah beberapa tahun mereka berpisah. Buku ini telah membuat sejarah di dunia penerbitan juga pendidikan, hingga kini buku Totto-chan telah diterjemahkan ke dalam 35 bahasa dunia bahkan lebih. Di banyak negara, buku Totto-chan juga digunakan sebagai bahan pelajaran di sekolah, materi kuliah di universitas, bahkan sebagai bahan ajar guru.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Buku ini akhirnya menjadi buku terakhir yang bisa saya tuntaskan dipenghujung tahun 2019, dan meninggalkan kesan baik yang akan saya simpan juga terapkan kemudian hari.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Buku ini sangat saya rekomendasikan untuk teman-teman baca, terutama bagi orang tua, pendidikan juga adik-adik kita.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Terima kasih untuk karya hebat ini Totto-chan a.k.a Tetsuko Kuroyanagi ❤️
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
View all my reviews